Widget HTML #1

Apa Itu Aksiologi? Mengenal Cabang Filsafat yang Mempelajari Nilai

Apa Itu Aksiologi?

Pengantar: Mengapa Aksiologi Penting untuk Anda?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi pertanyaan berikut:

  • Mengapa tindakan dalam kondisi tertentu dapat diklasifikasikan sebagai baik atau buruk?
  • Bagaimana nilai sebuah karya seni, objek, atau proses diestimasi?
  • Apa pengetahuan yang memiliki nilai atau nilai tersembunyi?

Tidak hanya relatif, tetapi semuanya juga menjadi subjek dalam filsafat aksiologi, ilmu tentang nilai. Artikel ini membahas materi bagian tes dan membimbing Anda melalui kategori topik tentang aksiologi dan relevansinya dalam konteks yang berbeda. Aksiologi: apa itu, definisi dan konsep dasar Aksiologi adalah kombinasi dari kata-kata Yunani axios yang berarti “secara layak” dan logos, berarti “ilmu” atau “pengetahuan”. Secara literal, ini adalah pengetahuan nilai. Filsafat aksiologi membahas isu-isu berikut:

  • Nilai etika: baik dan buruk.
  • Nilai estetika: baik atau buruk.

Selain itu, ini menyertakan pertanyaan filosofis berikut: 

  • Bagaimana menetapkan tujuan ketika hidup di dunia di mana “semuanya memiliki harga dan semuanya dengan harga” (Kant, 1788)?
  • Apakah hidup itu berarti? 

 Contoh Aksiologi dalam Kehidupan Nyata:

  • Keputusan untuk tidak menyontek saat ujian (nilai etika).
  • Memilih lukisan abstrak sebagai hiasan rumah (nilai estetika).

Sejarah Aksiologi: Aksiologi Filsafat Klasik hingga Modernitas 

Aksiologi menjadi bagian dari filsafat kemarin pada abad kesembilan belas, meski di baliknya ada tradisi yang sangat signifikan: ∙ Socrates and Plato; mengembangkan konsep “kebaikan absolut” sebagai nila tertinggi. ∙ Immanuel Kant ; menyatakan bahwa tindakan dianggap moral jika itu terkait dengan “imperatif kategorial” atau kewajiban era prigital universal. Bahasa “aksiologi” pertama kali digunakan oleh filsuf Prancis Paul Lapie

Paul Lapie pada tahun 1902, dan kemudian diperjelas oleh pemikir dan filsuf lain: dari nama Eduard von Hartmann sampai Max Scheler. Konteks aksiologi juga terkait dengan oposisi: 

  • Relativisme: Nilai bersifat subjektif dan tergantung konteks budaya.
  • Objektivisme: Nilai bersifat universal (contoh: keadilan harus ditegakkan di mana pun).

Pokok bahasan aksiologi: nilai etika, estetika, dan teori nilai.

Institut teknologi bandung.Aksiologi adalah salah satu sarana untuk memperoleh nilai-nilai abstrak untuk tujuan ini dan mendefinisikannya dalam sudut pandang kompleks manusia: etika untuk manusia adalah seseorang yang menggunakan kegigihan tubuh untuk mendapatkan hasil tertentu, dengan menggunakan kegigihannya, dia mencapai tujuan dan mempertahankan posisi dalam kehidupan, mempertahankan dirinya sendiri dan orang lain..

1. Etika: Studi Moralitas

Etika membahas prinsip baik-buruk dalam perilaku manusia. Beberapa teori etika yang populer, termasuk deontologi oleh Kant (kewajiban moral harus patuh, bukan mengenai konsekuensinya), penggunaan utilitas dengan Bentham (tindakan dievaluasi baik jika itu menguntungkan banyak orang), dan Virtue Ethics dengan Aristoteles yang menyoroti karakter baik seperti kejujuran dan keberanian. Banyak masalah etika yang sulit ditanyakan, misalnya, apakah seseorang boleh membocorkan rahasia perusahaan untuk menyelamatkan nyawa seseorang? 

2. Estetika: Keindahan Studi

Estetika menjawab pertanyaan seperti: Mengapa kita mengatakan matahari terbenam indah? Apa pandangan harmonis? Pandangan mengukur nilai subyektif dapat dilihat dalam karyanya, sementara David Hume berpendapat bahwa keindahan itu di mata penonton, dan Tolstoy membandingkan itu dengan keindahan manifestasi emosi.

3. Teori Nilai

Teori ini membicarakan hakikat nilai itu sendiri: apakah benar atau salah, dan jika nilai itu di luar pikiran atau tidak.

Aksiologi: Relevansi Relevan dalam kehidupan Modern 

Namun, harus dijelaskan bahwa aksiologi adalah lebih dari sekadar teori; ia adalah dasar praktis dalam hidup untuk berbagai bidang: Pendidikan Bisnis seni dan budaya Teknologi Mana-mana lainnya Gaya hidup

Tantangan untuk Studi Aksiologi.

Kesulitannya untuk Membaca: subjektivitas nilai. Kembali kepada apa yang menjadi kesulitannya untuk menetapkan standar universal karena perbedaan budaya yang terkait dengan contoh konflik nilai. Lebih jauh lagi: ilmu pengetahuan tidak menangani pertanyaan nilai oleh karena itu, itu fokus pada fakta dan tidak bisa dianggap berseberang secara langsung dengan apa yang berisi sains. Demikianlah, Mengapa Kita Perlu Memahami Aksiologi? Aksiologi memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih sadar menggunakan pertimbangan nilai dan menghargai keragaman perspektif dalam masyarakat. Kita juga meningkatkan penghargaan dan penghargaan untuk menilai karya seni, dasar etika, dan sains. Dalam kata-kata lain: Aksiologi memandu manusia untuk menetapkan makna.